Tuesday, December 22, 2009

gerimis yang tak henti


Hari ini, 22 Desember, hari Ibu yang sejak dulu aku tidak pernah sekalipun merayakannya, karena bagiku setiap hari adalah hari untuk Ibu. Semua yang aku lakukan, apa yang aku raih dan aku dapatkan kupersembahkan untuk Ibu. Termasuk cita-cita dan kebahagiaan.

Sejak kecil, aku termasuk anak yang sangat dekat dengan ibu, mungkin karena aku adalah bungsu. Apapun alasannya, Ibu adalah belahan jiwaku, oleh sebab itu kehilangannya adalah juga kehilangan bagian dari jiwaku. Pernah di umurku yang kira-kira baru lima tahun, aku jatuh sakit dan tidak mau makan, karena Ibu pergi satu malam saja (aku lupa antara menemani kakakku yang opname atau pulang ke kampung).

Sedari dulu aku sudah merasakan kalau perlakuan ibu cukup spesial untukku, jatah makanan atau kue, biasanya terbanyak diberikan untukku (heee..). Jatah tugas pekerjaan rumah pun tidak sebanyak kakak-kakak. Tapi yang aku rasakan, kakak-kakak tidak iri, mereka pun sangat menyayangi aku.

Disisi lain, Ibu juga bisa bersikap tegas terhadap aku, misalnya bila main terlalu lama, pulang sekolah tidak langsung kerumah, baju ku terkena noda atau bila nilai matematika ku turun. Ya, hal terakhir ini lah yang semakin membuatku kagum pada Ibu. Walaupun tidak lulus SD, tapi Ibu sangat menyukai matematika, ilmu paling pasti katanya. Tugas matematikaku sangat dipantau Ibu, pernah sekali Ibu marah besar karena tiga soal yang diberikan sekolah, hanya satu soal yang betul. Sejak saat itu aku pun berjanji untuk selalu mendapatkan nilai terbaik untuk matematika. Setelah ibu pergi, barulah kami mendapatkan cerita dari beberapa tante dan sepupu, bila dulu pun Ibu sering mengajarkan matematika pada mereka.

Ibuku terbaik diseluruh dunia, sejak kepindahannya ke Jakarta, ia menghidupi lima anaknya, sendirian. Semua pekerjaan halal dilakukannya asalkan kami bisa makan dan sekolah. Berjualan dan menjahit menjadi pekerjaan andalan Ibu. Pahitnya kehidupan pun sudah menjadi makanan Ibu sehari-hari, dicibir tetangga, dihina saudara, dibohongi pembeli… belum lagi beban fisik yang diembannya, membeli bahan dagangan dipasar, memanggulnya sendiri, menghirup debu jahitan, menyelesaikan pekerjaan rumahtangga, memperbaiki peralatan yang rusak, mengajarkan pelajaran sekolah pada anak-anak, mengurus lima anaknya yang masih kecil-kecil.. oh ibu… betapa tidak bergunanya aku bagimu….

Seperti telah aku uraikan diatas, beban hidup ini tidak lantas membuatnya pesimis, Ibu ingin anak-anaknya lebih maju dan berhasil. Ibu akan mengorbankan apa saja untuk menyekolahkan anaknya, walaupun hanya memiliki target hingga SMA, tapi Ibu telah berhasil… Sejak dulu aku sangat menyukai sekolah, salah satunya karena Ibu selalu menyemangati, pernah aku merasa sangat iba dan benar-benar merasakan kepolosan Ibu yang tidak boleh aku sepelekan, ketika ia membelikan aku kamus kecil di pasar, ditengah kesibukannya membeli sayuran dan bahan untuk berjualan.

Tahukah kau, langkah awal sekolahku selalu Ibu awali dengan secarik kertas “Surat Keterangan Tidak Mampu” , sepatu butut, peralatan seadanya dan berjalan kaki, namun aku tetap optimis meraih prestasi di sekolah, demi Ibu…

Tidak hanya pada urusan ilmu dunia, Ibu keras mengajarkan Islam pada kami terutama sholat dan mengaji. Alhamdulillah kami pun taat dengan kesadaran sendiri, walau pernah pula Ibu marah kepadaku karena di satu malam bulan ramadhan aku datang ke masjid hanya untuk menggelar sajadah untuk tarawih kemudian pulang, ibu meminta aku untuk tetap di masjid, lebih banyak pahala katanya, aku pun berlari kembali ke masjid. Namun Ibu agak longgar dalam hal puasa, Ia tidak terlalu memaksakan hal ini, tidak tega katanya. Itulah mengapa, aku baru belajar puasa ketika menginjak kelas 1 SMA (hee…) pernah ketika di bangku SMP, aku ingin sekali berpuasa, namun karena lemas, setelah ashar aku hanya tidur-tiduran dikamar, dan jam 5 lewat, kakakku datang, ia tersenyum sambil mengisyaratkan telunjuk di bibirnya, tanda untuk diam,dan tidak akan mengatakan pada siapapun, ia membawa semangkuk kolak dan es, titipan ibu katanya, besok lagi saja puasanya, nanti sakit.

Aku tidak pernah melihat Ibu menangis, bahkan sedikit mengeluhkan beban hidupnya pun tidak, ia perempuan tertangguh yang pernah aku tahu. Pertama kali aku meliahat Ibu menangis, yakni ketika aku akan pamit kuliah keluar kota. Ketika mencium tangannya, aku melihat ibu terdiam dan berair mata, ia ingin aku tetap kuliah di Jakarta, tetap dalam pandangan matanya, tetap tidur bersamanya. Oh ibu…. Perih hati ini, padahal sewaktu mendaftar UMPTN dahulu, aku memutuskan pergi keluar kota karena egoku ingin lepas dari mu, karena aku ingin menunjukkan bahwa engkau tidak bisa terus mengaturku terus, astaghfirullah...Tangisan-tangisan Ibu selanjutnya kutangkap ketika kami anak-anaknya, yang telah sebesar ini, membantahmu, melawanmu dan membentakmu dengan kata-kata kasar, oh Ibu, sedang dalam sakitmu pun engkau tidak pernah berairmata… Allah, ampuni kami…

Perjuangan Ibu untuk kami setapak demi setapak semakin kusadari, ini hal luar biasa. Sebelum aku sekolah Ibu sudah mulai berjualan, es, pecel, gado-gado, rujak, jagung bakar, apa saja. Ibu membuka dagangannya di depan rumah, sesekali bila ada keramaian. Aku hanya ikut duduk dan menghabiskan dagangan ibu, sedang kakakku yang sudah besar ikut membantu Ibu, dan kakak lainnya dirumah, menyelesaikan pekerjaan yang tersisa.

Alhamdulillah, ibu mendapatkan peninggalan rumah sendiri dan beberapa peralatan rumah tangga. Karena kesulitan ekonomi, satu persatu Ibu menjual barang tersebut, namun tidak dengan lemari es. Sebagai pemilik lemari es satu-satunya di kampung kami, maka Ibu sangat mengandalkan berjualan es dirumah. Entah bagaimana ibu bisa terus mengisi modalnya, karena terkadang uang hasil penjualan tersebut kami bawa untuk uang jajan. Ketika kami tanyakan pada Ibu, ia hanya menjawab kalau kami boleh mengambil uang tersebut, karena memang itulah gunanya kami berjualan.

Selain itu Ibu juga mengerjakan jahitan salah satu tetangga kami yang seorang pengusaha, sebenarnya Ibu menguasai teknik menjahit pakaian, namun karena pekerjaan yang ada adalah jahitan borongan, maka jadilah ibu menjahit serabutan, kain perca, keset, pakaian dalam, celana pendek dan apa saja yang dijual tetangga kami tersebut. Inilah rupanya titik awal dimana penyakit saluran pernapasan mulai berjangkit di tubuh Ibu, tentu saja selain disebabkan kelelahan berlebihan.

Kondisi keuangan yang tidak menentu untuk kami juga membuat ibu harus berjuang lebih keras. Disaat ada kebutuhan mendadak, ibu tidak terlepas dari berhutang pada tetangga, inilah yang membuat kami cukup dikenal di kalangan orang-orang menengah keatas. Kadang kami pun membantu sekadarnya di rumah atau belajar bersama anak-anak mereka, yang akhirnya, selain uang hutangan, kamipun dikirimi makanan dan sedikit barang-barang yang bermanfaat, aku senang bukan main. Belakangan baru aku tahu bahwa Ibu pun terkadang menerima hinaan dari mereka, tapi baru Ibu sampaikan setelah kami besar. Hmm.. ibu, kau memang penyayang sejati…

Setelah kakak pertama kami menikah, keadaan mulai membaik, Ibu pun akhirnya memutuskan tinggal bersama mereka, lebih dekat dengan cucu katanya. Padahal aku tahu Ibu tidak ingin membebani aku yang waktu itu baru saja bekerja. Tinggallah aku bersama seorang kakakku di rumah kami. Disaat inilah aku semakin tersadar bahwa Ibuku lah segala-galanya, ternyata Ibu lah yang selama ini aku tunggu, maka setiap kembali menemui Ibu, aku semakin sayang pada Ibu, tak ada lagi bantahan atau suara keras, aku pun merasakan Ibu juga semakin meluapkan sayangnya padaku, aku cinta pada mu Ibu…

Menjelang kepergiannya, Ibu selalu memaksa aku untuk melakukan apa yang ia minta, menikah, menyerahkan hartanya dikampung pada saudara Ibu, bersilaturahmi ke saudaranya, hingga meminta aku untuk tinggal bersamanya. Ibu bersikeras untuk menjual rumah tinggalku sekarang untuk pindah bersamanya, Ibu, rindu pelukmu…

Sudah puluhan tahun Ibu mengidap asma, namun tidak pernah ia rasakan dan keluhkan. Yang aku tahu ibu hanya berobat pada dokter umum dekat rumah dan diberi obat. Pernah pula ibu menggunakan alat untuk bernapas (entah apa namanya), penguapan, obat warung hingga pengobatan alternative dan tidak mau opname di rumah sakit. Namun, dalam sakitnya, jangan dikira ibu hanya terbaring di tempat tidur. Ibu tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa, memasak, membereskan rumah, menjaga cucu, beribadah, menyiapkan makan dan minum untukku hingga berkebun. Bodohnya aku yang mengira semua baik-baik saja.

Tidak pernah ada yang menandingi masakan ibu, restoran termahal pun tidak. Ibu ahlinya memasak dan meracik bumbu yang sulit, kadang aku ditegurnya karena tidak bisa memasak, aku menyangkalnya dengan akan mencatat bumbu racikan ibu, namun ibu bilang kalau masakan itu tercipta enak dari hati, jadi tidak bisa dicatat. Hatimu Ibu.. Aku sering pula ditegur ibu, karena selalu membantunya dengan tidak konsentrasi, sambil ngemil misalnya…

Beberapa bulan lalu, aku memeluk ibu, erat, setelah kami sholat dzuhur, aku katakan padanya, aku akan segera pindah di dekatnya, aku akan bekerja di tempat yang baru dan aku akan mengajaknya menunaikan haji.. ibu tersenyum, senyumnya tidak pernah secerah itu, sepanjang hari ia mengatakan tidak pernah menyangka bahkan terpikir sekalipun ia akan pergi ke Baitullah, ia tertawa bahagia, memelukku bangga. Oh ibu, tidak sanggup diriku hidup tanpamu…

Menjelang akhir hidupnya di rumah sakit, aku tidak pernah membiarkan diriku terlepas dari penglihatannya, aku selalu memeluknya, aku mencium kakinya, membimbingnya berdoa, memenuhi semua keinginannya.. tapi semua yang aku lakukan itu tidak akan membalas semua kelalaianku padanya, tidak cukup mengobati rasa bersalahku padanya, tidak akan sanggup membalas pengorbanannya, menghilangkan rasa sakitnya. Aku tetaplah anak bodoh yang egois.

Allah, ampuni kami, sungguh maafkan kelalaian dan kesalahan kami pada Ibu…
Allah, jadikan penyesalan kami sebagai pemberat amalannya dan pengangkat derajatNya disisiMu..
Allah, nilailah pengorbanan hidupnya untuk kami, penderitaan atas rasa sakitnya sebagai penebus dosa dan penambah pahala baginya…
Allah, jadikan kesedihan hati dan ujian dalam hidupnya sebagai kebahagiaannya di akhiratMu

Allah, sayangilah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Penyayang, bukan kami…
Allah, peluklah ia erat karena Engkaulah sebaik-baik Pemeluk, bukan kami…
Allah anugerahkan syurga terindah untuk Ibu kami

Allah, ampuni dosa-dosa kami, sayangi kami, berikan kami kekuatan, topanglah kami dengan kasihsayangMu, agar kami dapat tetap berdiri dan melangkah menghadapi hidup hingga akhirnya nanti pun kami menyusul Ibu berjumpa denganMu…

Allah, sampaikan salam, rindu, peluk dan cium kami pada Ibu….

22 Desember 2009
Hari dimana aku bersembunyi, jauh dari keramaian karena tak sanggup menyaksikan khalayak berbagi ucapan selamat dan doa pada Ibu mereka

Thursday, November 12, 2009

awards



Tenkyu somach buat Ina, umi nabila yang udah ngasih award di blog ku yang hampir punah ini :D.. sebenernya udah liat langsung, tp ga bisa disambut saat itu juga, maklum ya Bu..
Nah, about award ini ada rule istimewa yaitu harus mencantumkan links orang2 yang sudah mendapat award ini sebelumnya. ini dia the links :

1. Ranggagoblok
2. Buwel
3. Henny
4. Mas Yudie
5. Anazkia
6. Lidya
7. Ayank
8. Diyah
9. Ina
10.Andi

Tapi ingat, sebelum kamu meletakkan link diatas, kamu harus menghapus peserta nomor 1 dari daftar. Sehingga semua peserta naik 1 level. Yang tadi nomor 2 jadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst. Kemudian masukkan link kamu sendiri di bagian paling bawah (nomor 10). Tapi ingat ya, kalian semua harus fair dalam menjalankannya. Jika tiap penerima award mampu memberikan award ini kepada 5 orang saja dan mereka semua mengerjakannya , maka jumlah backlink yang akan didapat adalah

Ketika posisi kamu 10, jumlah backlink = 1
Posisi 9, jml backlink = 5
Posisi 8, jml backlink = 25
Posisi 7, jml backlink = 125
Posisi 6, jml backlink = 625
Posisi 5, jml backlink = 3,125
Posisi 4, jml backlink = 15,625
Posisi 3, jml backlink = 78,125
Posisi 2, jml backlink = 390,625
Posisi 1, jml backlink = 1,953,125

Dan semuanya menggunakan kata kunci yang kamu inginkan. Dari sisi SEO kamu sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung web para downline kamu mengklik link itu, kamu juga mendapatkan traffik tambahan.

Nah, silahkan copy paste saja PR yang kedua ini, dan hilangkan peserta nomor 1 lalu tambahkan link blog/website kamu di posisi 10. Ingat, kamu harus mulai dari posisi 10 agar hasilnya maksimal. Karena jika kamu tiba2 di posisi 1, maka link kamu akan hilang begitu ada yang masuk ke posisi 10.

makasih ya buat Ina, si Ibu yang udah ngasih award ni ke aku.. mungkin bwt motivasi juga supaya rajin posting lagi dan menjaga kelestarian blog ini :D. buat penerima blog sebelumnya, salam kenal yah... moga blogger tetep produktif chayyooo...

Awards ini aku kirim kepada 10 teman lainnya, segera dikerjakan yah... heheh sok nyuruh gitu deh...

1. Ida Zidan
2. Afran
3. Bunda Ian
4. Etiks
5. Imam
6. Mas Jier
7. Ical
8. Fitra
9. Diah Kendari
10.Deenda

Selamat menerima awards....

Tuesday, July 14, 2009

kehilangan (2)

Sebutlah namanya PakDe, ia seorang penjual mi ayam keliling di kawasan rumah saya. Sudah puluhan tahun kami mengenalnya. Mi ayam dagangannya terkenal lebih enak walaupun harganya jualnya sama dengan pedagang keliling lain. Beberapa tahun terakhir PakDe mulai mangkal di pertigaan yang ramai, jadi dagangannya sudah habis disana, tanpa harus keliling lebih jauh lagi, wajar bila sekali saja lewat sekitar rumah sudah banyak orang bergerombol untuk membeli. Pertemuan perdana saya setelah kurang lebih selama 9 tahunan tidak bertemu dengan PakDe tetap ramah, beliau tetap mengenali saya dan bercerita tentang anak sulungnya yang juga telah lulus kuliah dan telah mendapatkan pekerjaan yang sesuai, saya turut senang mendengarnya.

Sampai kemudian, saya kehilangan Beliau kembali. Dua bulan lebih saya tidak melihatnya di tempat mangkal biasanya, seperti ada sesuatu yang terjadi. Tapi sore kemarin… saya melihatnya berdagang tidak jauh dari rumah. Saya menghampirinya dan bertanya kemana Pak De selama ini. Sungguh jawaban yang tidak saya duga. Dua bulan lalu putra sulungnya wafat. Jenazahnya ditemukan tanggal 20 April lalu di sebuah rumah kosong di kawasan Bogor dalam kondisi mengenaskan dan diduga dibunuh tiga hari sebelumnya. Saya masih sulit percaya, Inna Lillahi wa Inna Ilayhi Roji’un… beliau menceritakan pada saya dengan tegar walau suaranya makin pelan, mengenang putranya, kebaikannya dan kedewasaannya. Pak De tetap tegar dan terlihat mampu melewatiini semua, walau pelakunya belum tertangkap. Keluarga Pak De kehilangan putra sulung kebanggaannya.

Melihat gambaran seperti ini, semakin tersadar akan hakikatnya rasa memiliki dan kehilangan. Seseorang tidak akan merasa kehilangan bila ia tidak pernah memiliki, begitu pula sebaliknya dan kadar kehilangan yang suatu saat akan muncul akan sebanding besarnya dengan rasa memiliki yang pernah ada. Sehingga saya merasakan Pak De sekeluarga pasti merasakan kehilangan yang amat sangat, yang bila dibandingkan, hal ini belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Rosulullah SAW dalam sebuah haditsnya bersabda : “Hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah yang engkau sukai karena sesungguhnya kamu akan meninggalkannya dan berbuatlah sekehendakmu karena sesungguhnya kamu pasti akan menemui-Nya.”(HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi).

Maka, siapapun yang memiliki sesuatu, pasti akan merasakan kehilangan karena tak ada yang abadi didunia ini, hakikatnya semua adalah milik Alloh SWT dan kehilangan adalah bagian dari ujian hidup dari-Nya. Pengingatan untuk diri sendiri dan yang pernah merasakan kehilangan, terimalah kenyataan dan lewati sedih itu, jalani hidup ini kembali dengan penuh semangat. Tak ada yang Alloh bebani diluar kemampuan kita, karena ada hikmah yang bisa didapat dan masih ada mimpi dan harapan yang harus diraih.

Walaupun luka dan hancur telah dirasakan, namun tegar dan bahagia bisa menjadi pilihan.

jika mimpi itu cahaya, maka aku kegelapan
jika harapan itu kekuatan, maka aku lemah tanpa daya
jika ia adalah hidup, maka...

Friday, July 03, 2009

mengaku cinta

Perpindahan seseorang dari zona pembelajaran yang nyaman ke wilayah pengabdian yang kompleks dengan tantangan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. Bisa saja yang muncul adalah pribadi yang kuat karena tempaan di wilayah sebelumnya dan berhasil, sungguh inilah sebuah harapan atau perubahan menjadi pribadi lebur yang tidak menghasilkan apapun karena menyerah pada keadaan, mengecewakan. Hal yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah pribadi yang berpikir bahwa ia adalah sosok yang dewasa, berilmu dan mampu berkontribusi pada sekitar tanpa melupakan prinsipnya, padahal yang terjadi adalah sebaliknya, ia tertipu.

Kemampuannya berinteraksi dengan dunia luar dengan fleksibel menimbulkan rasa bangga akan ilmu yang sudah didapat dan tidak perlu banyak pembelajaran lagi. Ketaatannya pada prinsip melegitimasi dirinya tak mengapa melanggar hal-hal yang cabang dengan alasan fleksibilitas tadi. Banyaknya pengabdian dan ketertarikan sekitar padanya, menimbulkan keengganan mendengar nasehat dan memberikan apologi tak masalah berprasangka serta menghakimi orang lain bahkan pada saudara seperjuangan sendiri yang (dianggap) tidak lebih bermanfaat dari dirinya. Keyakinannya pada sebuah kebenaran justru memudahkan baginya untuk berpikir, merasakan, berucap, mendengar dan bertindak salah dan tidak seharusnya dilakukan karena merasa Alloh SWT mencintai kebenaran dalam dirinya. Sungguh naïf mengira teguran adalah sebuah cobaan dan mengira hukuman adalah sebuah ujian. Maka wajarlah jika apa yang dibanggakan tidak cukup membuat hidupnya tenang dan berkah.

Kesombongan adalah akar dari sikap-sikap yang muncul tadi. Berawal dari bangga terhadap diri sendiri, menganggap remeh orang lain dan merasa cukup dengan (ilmu dan iman) yang dimiliki. Bukankah Alloh SWT telah memperingatkan akan bahaya sikap ghurur? Bukankah Rosulullah SAW memperingatkan akan dosa besar yang muncul dari tumpukan dosa-dosa kecil? Tidakkah kita tahu bahwa sombong dan bangga diri adalah sikap yang dibenci Alloh? Bukankah seseorang tidak dinilai parsial dari dirinya? Lupakah bahwa kasih sayang Alloh adalah hak Nya yang tidak semata-mata turun karena apa yang diperbuat hambaNya. Sungguh, Alloh lah yang Maha Tahu dan Menilai keimanan hambaNya.

Namun janganlah berputus asa untuk merubah keadaan, kembali kepada kesadaran diri sendiri, karena pembelajar sejati tak akan pernah berhenti, pejuang sejati tak kan pernah mati. Ilmu adalah bekal namun iman selalu butuh penjagaan, karena keadaannya yang bisa naik bisa saja turun, sedangkan syaithon tak akan pernah berhenti menghembuskan pengaruhnya dari berbagai penjuru. Perbanyak ibadah dan doa pada Alloh SWT dan temuilah orang-orang sholeh untuk meluluhkan keangkuhan diri.
Wallahu alam bishowab.

Sebuah teguran untuk diri sendiri dari seorang sahabat. Terimakasih untuk hadir.
Solo, miss you much. :”(

Thursday, June 25, 2009

antara jakarta, bandung dan sumedang (2)

Lanjutannya...
13 Juni 2009 udah sore neh.

Berangkat dari rumah kang Jaka menuju ke tempat utama.. eiittss.. sebelumnya kita poto2 dulu sama papa nya kang jaka & ade, juga Haha, Lili dan Popo, HaLiPo, sepupu2 kecilnya kang Jaka yang belum bisa jalan. Pussii pussiii…

Entah jalannya kearah mana niy, gue buta banget, karna yang ada dipikiran gue cuman tu tahu sumedang plus sambelnya, lontong, kripik singkong & sale pisang tadi. Mereka melambai lambai, andriii, andriii, kenapa tak kau nikmati dulu kami, sini… masih banyak lo… hhmmmm… gosh… tolooooong.. hentikan godaan ini….

Sampe juga kami ke rumah sang new-comer, Almaira Rayhan Hamzah (hee bener ga nulisnya kang?) hmmm so sweet.. disini kami melancarkan aksi bak presenter jejak petualang atau presenter talkshow ibu dan anak, nanyaaaa mulu sama Teh Nita dan Mamanya, walau akhirnya lebih mirip presenter wisata kuliner yang dibayangannya makanan mlulu. Di akhiri dengan poto-poto, pamit pulanglah kami, khawatir sang supir kegelapan nanti, weiittss.. kelupaan poto ama teh Nita dan Mama, waaaa….. yah apa boleh baut, maafkan ya Kang.

Sambil dianter kedepan, kang Jaka beliin kami oleh-oleh makanan khas sumedang, T A H U.. yang bener2 masih fresh dan makanan2 lain… hahahaha jadi borong deh kita, ada tahu sumedang anget, ada stick tahu, ada keripik tahu, lho kok Tahu semua? Wikikikikkk

Perjalanan dilanjutkan, minus kang Jaka, ya iyalahhh masa ikut, nanti bisa didemo warga sumedang karna membawa pergi lelaki beristri dan beranak, piss kang!! Jam setengah 6an sore mulai keluar Sumedang, moga ga nyasar, udah dikasih tau kang jaka sih, kemana aja abis tugu telor, tapi navigator juga mesti oke karna hari udah mulai gelap. Walaupun jalan berliku, banyak menghadapi mammoth-mammoth tapi supir kami tetap cihuy.. hebatnya, kita tuh ga ada yang tidur di jalan, tumben, ya iyalah mo di sambar supir pake rambutnya apa.. *megaloman mode:on* sepanjang perjalanan ini Ida sibuk sms-an ama Anom (?), dilanjutkan kami yang membicarain lagi apa agenda malem ini, mo pulang dulu, mo kebandung, ke pvj, gasibu, dago, atau kemana niy.. kebawa2 kita ngebahas kematian juga.. hmmmm….

Di tengah perjalanan Dita, menyempatkan waktu mampir ke ATM BRI di….. ga tau gue dimana, kalo ga salah daerah2 barberian tadi gitu deh, kami menunggu di mobil, Dita lari ke atm. Ga lama kemudian Dita dateng dengan terbirit2, katanya ada yang aneh di atm tu, sepi, gelap, bangunannya tua tur ga ada satpamnya.. ahh.. itu kan biasa namanya juga bank udah malem ga ada orang, tapi yang bikin gue agak merinding juga, kata Dita didalem atmnya ada tempelan ayat kursi wuuaaaaaa…. Mungkin yang nempel tu sering lupa ama pin BRI nya dan clue-nya ada di ayat kursi itu, jadi sewaktu2 dia balik ga lupa lagi dehh.. jenius ya gue??

Maghriban dulu ahhh.. mampir di pomp bensin, diselingi ribut2 kecil papih mamih, berebutan pingin nyupir, gue ma Ida sih diem aja… paling juga ntar pada capek sendiri, note: disini gue masih kebayang tahu sumedang. Jalan berlanjut ke Bandung, Dita udah ngabari ke Papa Mamanya kalo kita mo jalan2 lagi. Keluar tol, jalan macet akhirnya kami memutuskan kita makan mpek mpek refrensian Gaban ajah, ga usah kemana-mana, supaya bisa langsung pulang, secara supir escudo, supir truck dan supir becak pasti udah lelah. Dita merencanakan nantangin maen kartu ntar dirumah, toss dulu ahh.. Gaban ga mau kalah, pasti dia menang katanya.. (menanggung mata yang berat)

Gaban pesen mpek2, gue pesen kelapa muda, daerah kampus mana geetoo, lupa gue. Disini gue mulai menangkap rona rona capek, ngantuk dan muram, pada banyak diem, kecuali gue tentu saja, karna sibuk ngerok kelapa. Gaban paling bête kayaknya, kelapa nya ga mau dimakan, Cuma sibuk poto2 doang, hasilnya juga kurang bagus, yahhh.. kebawa suasananya kali.

Jam setengah 10 kami sampe di rumah DIta, sepi, udah ke kunci, yang mbukain pintu Papa nya. Gue udah berasa ketemu ama calon mertua yang anak kritingnya gue bawa ampe malem, filing guilty, Ditaaa,hik hik hiks.. Alhamdulillah gue bersyukur kita ga jadi kelayaban tadi, jadi ga terlalu malem. Stelah ngobrol sdikit sama Papa nya Dita, kami mulai pembagian kamar, gue ama Ida di kamar Dita, Gaban di kamar abangnya Dita.. wuaahahah itu mah bukan pembagian kamar, emang udah lazimnya.

Di kamar beres2, bersih, antri niy… setengah sebelas keluar, Jagoan Poker plus para asisten mau nantang Jagoan Dota di kamar seberang.

fffuiiihh.. ternyata Jagoan Dota sudah terbaring tak berdaya, lemah terkapar, kalah sebelum bertanding. Padahal dia ga jadi nyupir tadi, yahhh ga terpenuhi aura kompetensi gue… Akhirnya dengan sangat terpaksa kami mengakhiri pertandingan yang tidak pernah dimulai, padahal jarang ni moment, belum tentu terulang, bayangan gue kita akan melek semaleman karna kesempatan langka niy. Dasar Gabaaaaann….pingin gue hajar mumpung lagi lengah, tapi kata wasit ga boleh nyerang kalo lawan lagi menyerah ya?

Ampir jam 11, Dita ngajak turun, nonton tipi, gue & Ida nurut Dita yang mau nonton sinetron “Cinta Murni’, gue & Ida manggut ajah, kirain apaan, ternyata sinetron Ririn & Ridho, judulnya “Terlanjur Cinta” tapi karena Ririn berperan jadi Murni, makanya Dita ingetnya sinetron itu berjudul “Cinta Murni”.. capee dehhh…

Dita konsen banget sambil senyum-senyum nonton rayuan Ridho sama Ririn, gue pijit2an sama Ida, berisik banget Ida, baik kalo dipijit maupun memijit, gue jadi inget Nyak nyak tukang urut gue di Bekasi dan mba Tri, tukang krimbath gue, mereka bertiga memiliki kesamaan, mudah bersendawa saat beraksi, kencang, allegro.. ffuiihh.. jadi pingin ke salon, apa coba?

Waktunya tidur, buat Ida, kayaknya udah ga mampu lagi, muka2 mabok. Aku sama Dita melirik kompak, masih pingin nonton pilem, lupa aku judulnya, sapa pula yang main, kata Dita sih mirip Gaban waktu tu actor main di pilm Narnia, hahahaha tiba2 pilm ini menjadi tidak begitu pentingnya, lantaran di tengah jalan Dita melayang udah sampe di vegas, ngelanjutin maen poker katanya. Nonton sendirian deh gue, walau ngantuk juga, tapi gue maksain nonton, penasaran terakhirnya..

Time to bed…
Met tidur, Dita kenapa kamu membelakangi aku? Hanya rambutmu yang kliatan?
Ida, maafkan aku bila menyakitimu nanti, siapkanlah tameng ya…

Besok lanjutkan petualangan,
berlanjut juga ceritanya oke.

Wednesday, June 17, 2009

antara jakarta, bandung dan sumedang (1)

<
Ga sabar gue nunggu besok, what a brightday… ketemu sobat yang kocak,pinter2 dan menyenangkan, kelompok lima di kelas A diklat. Sampe jam 9 malem ini gue blum terima kabar ada yg membatalkan, yah walaupun agak pesimis bisa dateng lengkap 7 orang dari Jakarta tapi Adi, Iman & Sukma udah wanti2 dari awal kalo kemungkinan ga bisa ikut. Ternyata beneran.. satu persatu ngasih kabar kalo ga bisa ikut hmm… Iman masih nunggu kakak yang di opname, Adi ke Jogja karna papanya sakit, dan Sukma… apa pula alasannya.. padahal udah direncanain ga jadi tgl 31 mei karna Sukma ga bisa, sekarang pun ga ikut juga dia, lamaran lo ya? Kalo udah di DJP ga usah nglamar2 lagi deh….

Tapi yang ga gue duga DEKHY ga bisa ikut, Dekhy? Iya Dekhy sodara-sodara… ga utuh deh hati gue,…. Papa dekhy dateng nengok anaknya yang suka kabur2an itu.. ffuiihhh.. kalo ga inget komitmen awal, pingin rasanya ngebatalin, tapi… show must go on.. secara gue udah ngomelin ida lewat sms yang selalu nanya di setiap kesempatan “ndri, siapa aja yang ikut?”, “ndri, pada bisa ikut?” yah.. pertanyaan semacam itulah.. akhirnya gue jawab dengan “Ida, emang kalo ada yang ngga ikut, atau sebagian besar ga ikut, Ida mo ngebatalin ikut? Kalo aku & Gaban InsAll ikut. Ayo jawab? Berubah ga komitmennya?” ya kurang lebih begitu isi telpon & ym gue. Alhmd Ida jawab ga akan mengubah niatnya untuk tetap ikut, walaupun dimalam sabtunya tetep aja Ida sms “Ndri, sapa aja yang ikut?”…gemes jg gue...

Di jumat ini juga Dita, nanya terus kapan sampe Bandung nya, gosh.. manalah gue tau?.. setelah lama gue mikir, akhirnya gue jawab sebisa gue, dengan bekal obrolan gue ama Gaban, gue jawab kalo kita di BKN dateng kira2 jam 7, dapet bis jam 8, nah dikira2 aja dari situ brapa jam ke cileunyi, karena sumpah deh, gue ga tau brapa lama perjalanannya… pertanyaan Dita niy juga di repeat terus, ampe gue bingung ngukur jalannya.. yahhh.. mungkin Dita mo ngira2 brapa lama dia harus brangkat dari rumah njemput kita, maklum supaya tepat ketemunya. Trus gue tambahin juga “kalo kita udah di bis gw sms ya dit, jadi lo bisa ngira2 kapan sampenya”.

Sampe malem gue masih nyuci, banyak banget lagi, plus packing, plus nge-cas hape, nge-cas kamera, ngapus foto, dll, jadilah jam 12 malem baru bisa tidur, “Gaban, gue harus brangkat jam 5, kalo udah bangun duluan tolong bangunin, jam 4 ya, karna alarm ga akan ngaruh…”

13 Juni 2009

Bangun setengah5.. ya lumayan lah ga siang2 amat, walau jam 5.30 baru bisa brangkat, Alhamdulillah dari blokm langsung dapet bis 45. Dijalan ini Ida dan Gaban ngabari kalo udah sampe di halte BKN. Wooww padahal baru jam setengah7an.. dan gue terdampar depan BKN ,bingung dimana Gaban & ida berada.. setelah agak ribut dan boros tenaga karna bolak balik, akhirnya ketemu jug a gue pool primajasa yang gede ini.. hahahah.. segede gini ga kliatan.. map yah Gaban, kalo gue nyebelin karna bingung dengan arah, tapi kan gue udah menerima akibatnya dengan jalan kaki berlebihan, pegel boo…

Jam setengah8an, gue, Ida & Gaban udah naik ke primajasa jurusan tasik, untuk turun di cileunyi. Disini Ida udah infoin Dita kalo kita udah berangkat. Bis nya nyaman.. walau penuh dan kita duduk terpisah, tapi perjalanan tetep bisa diisi dengan obrolan pelepas rindu ciaahhhhh… cerita tentang kita, tentang kpp, magang, diklat dll.. karena kita duduk di pinggir kursi masing2, tetep nyambung deh…

Jam 10 kurang kami udah sampe di cileunyi, kang jaka & dita udah kontak2an sama Ida & Gaban, gue yang ga tau arah dan non-pemilik telkomsel cuma bengong aja..

Kami nunggu Dita di masjid…….. (apa ya Ban, namanya lupa) pokoknya depan RS AMC kata Gaban. Lumayan siy nunggu Dita, katanya 15 menit lagi, trus limabelas menit kemudian diralat jadi setengah jam lagi, apa pula niy.. tapi gapapa kok, kita bisa rebahan dulu di mesjid, sambil ngebayangin ketemuan, sambil makan2.. kalo Ida sih dhuha-an, ssstt.. tau ga disini ada insiden kecil.. Ida ga sadar wudhu di tempat yang ga semestinya, hahahha…

Dita dataaaang… senangnya,…. Apalagi udah disuguhin kue2 kartikasari di mobilnya. Hmm.. nyam nyam nyam… perjalanan blum bisa dilanjutkan soalnya kang Jaka juga masih dibandung, akhirnya kita nganter Gaban dulu potong rambut di langganannya barbarian, eh salah.. barbarian. Jadi ya.. yang tadinya sepi banget karna cowo2 cuma pada baca majalah, tempat potong rambut itu jadii heboh banget karna cekikikan gue, Ida & DIta khihihi… oiya badnews nya disini atm bri offline semua sediihh.. tapi gapapa ida bawa cadangan hahahahaha….

Kang Jaka dataaang.. tetep dengan jaket jins-nya,ehhh ada yang berubah… lebih chubby lho.. nah, penasaran kan? Mangkanya ketemu doong..

Perjalanan kembali dimulai, Kang Jaka mengawal kami dalam perjalanan ke Sumedang, lewat jalan2 yang sejuk, indah, bersih gitu deh.. walau sekali2 supir ngomong “duh, maap yah pemirsa.. duh maap yah pemirsa..” karna berasa ada yang kurang pas nyupir, kalo gue sih enjoy aja, secara gue lagi takjub sama liku-liku jalan2 yang belom pernah gue lewatin ini, cadas pangeran namanya ya kang?...

Agak macet juga siy, karna ada perbaikan aspal, tapi terobati dengan makan di pinggir pemandangan ni, refrensi kang jaka, masakan sunda dan pemandangannya indah banget… senangnya, sambil ngobrol, liat pemandangan, makan dan ketemu sagitarius boy, penasaran???

Kenyang… 40menitan kemudian, sekitar jam dua lewat kami sampe dirumah kang Jaka, ada adik & papanya.. yang bikin mata Gaban berbinar2 adalah terparkirnya becak-becak yang jadi incaran utamanya, ntar ah mandi dulu katanya. Kalo cewe2 sih langsung teralihkan dengan tahu sumedang asli & panas, sale pisang, lontong, kripik singkong & es dogeer.. hahahha.. pesta gue, enak2 banget hmmm.. ga lagi2 mikir yang laen, hajaarrr…

Udah jam 4 sore gini, pamit dulu ahh, kami kan masih harus liat baby di sumedang bagian laen, pokoknya yang ngelewatin tugu telor :p ga tau gue namanya.. Subhanallah.. perjalanannya bagus bgt ya… ga nyesel gue, ninggalin banyak agenda hari ini ciee…

bersambung


Friday, February 20, 2009

rihlah

Episode Kado

Tanggal 25-26 Januari 2009 lalu kami berangkat rihlah ke cibatok, vila bintang eeuuyy…
Banyak yang terjadi, sedih, senang, tegang, bete, dan lain lain. Kami berangkat ahad pagi, Keberangkatan di jadwalkan jam 7 kumpul di Nurul Amal. Malemnya gue masih wira wiri, salah satunya ada kunjungan TPPC, sampe jam 22.00. kunjungan ini rame juga, tapi gue yakin hati anak2 udah ke bogor dan mencari kado… khi hi hi...

Selesai acara ngacirlah gue kemana2, ternyata Giant yang katanya tutup jam 12 malem, malah udah tutup, ga tau deh anak2 laen pada nyari kemana. Apalah daya di tengah jalan ban akechi bocor pula, nongkrong lah gue di pinggir jalan. Bengong.

Paginya udah gedebag gedebug, ternyata keberangkatan diundur jam 9 karna Mierza ada urusan keluarga, yippee… ngacir lah gue ke pasar kaget purbet, ternyata pencari kado yang lain pun berpikiran sama.

Moral : baca undangan rihlah baek2 atau catat hasil rapat dan taati, kemudian carilah kado dari jauh-jauh hari.

Episode Bakwan Jagung
Dalam perjalanan nyari kado di purbet Mba Sri sms dan telpon kurang lebih isinya begini :
Mba Sri : “And kamu mau buat makanan apa disana? Mikirr.. kalo ga bales2 awas, ga aku bagi makanan yang kupunya, yang semua akhwat pingin..” (apaan seh???)
Gue : “blum tau mba, apa ya? Kayaknya Ani buat pisang goreng deh, lagi beli bahan-bahan dia”
Mba Sri : “nanti aku mau buat bakwan jagung, ideku hebat kan? bahanku udah siap, tapi tolong beliin yg kurang, tepung terigu dan penyedap.
Gue : “ok Bu”
Mba Sri : “And.. tolong minyak skalian… bawain telur juga ya.., kowe atur lah bawanya biar ga pecah”
Gue : “iya mba, lagian Ani udah bawa minyak goreng, jadi ga perlu bawa lagi.

Perasaan gue mulai ga enak, kok jadi gue yang bawa yah?? Ketika mampir ke Indomart mba Sri telpon request lagi

Gue : “Apa lagi mba?”
Mba Sri : “Kok, kamu nanyanya gitu? And tolong beliin daun bawang seledri, punyaku habis, trus beliin jagung tambahan aku cuma punya tiga”
Gue : “Hahhhh…”
Mba Sri : “ngapa??? Mau nolak??
Gue : “ngga kok mba, Cuma kayak ada yang jangggal”…

Sebelum berangkat, gue cek in lagi, gue tambahin bawa pisau, heater, dll

Setelah gue pikir2, ini dia yang janggal :
Resep Bakwan Jagung
Jagung
Terigu
Telur
Lada & garam
Daun bawang seledri
Minyak goreng.

Ternyata si pemilik ide hanya membawa satu item : jagung… itupun hanya separo bagian 3 biji.. fuiihh… sedangkan gue sebagai penggembira membawa seluruh bahan dikurangi 3 jagung tadi, gue terperangkap dalam kepanikan, diomeli pula...

Moral : ga ada, karna mau ga mau harus turut perintah, ga bisa nawar, emang mau bonyok?

Episode perjalanan
Kami berangkat pake mobil Ust Auliya, Gamal yang bawa. Dengan formasi :
Depan : Gamal – Firman
Tengah : Qori-Habib- mba Sri-gue
Belakang : Ani, Aam, mba Yuli & mba Ika.

Ceriaa banget.. sepanjang jalan menyenangkan, tapi …
Ketika perjalanan mulai nanjak, sempit dan hujan, spion kanan kesenggol mobil lawan dan….. ketika agak naik sedikit, mobil keselip di trotoar tanah, kami nyeblos, separo mobil bagian kiri masuk lubang pinggir jalan. Alhmd semua tenang. Kami langsung keluar satu-persatu dan minta bantuan mobil lain untuk di derek.

Moral : banyak berdoa setiap saat, banyak bersyukur, coba gimana kalo sebelah kiri itu bukan bukit tanah tapi jurang, ffuuihhh…




Wednesday, January 14, 2009

pilihan

Gue sudah memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pimpinan divisi sebuah perusahaan untuk memilih menjadi abdi negara…

Ya, karena hidup adalah pilihan. Memilih adalah mengambil dan meninggalkan. Mengambil yang tepat untuk kita dan meninggalkan yang menurut kita tidak tepat. Sebelum memutuskan, butuh pemikiran, pengalaman dan atau bahkan pertimbangan orang-orang yang mumpuni. Setelah keputusan diambil, keyakinan adalah pilihan sikap yang bijak untuk diambil kalau tidak mau terjebak dalam penyesalan.

Pekerjaan adalah hal besar dalam hidup, tapi berpikir untuk meninggalkan mimpi adalah pilihan yang lebih berat…




Sunday, January 11, 2009

9 November 2008

Hari ini jadwal gue Ujian Tes Kesehatan dan Kebugaran, he he he, awalnya gue ga tau maksudnya disuruh apa, karna diminta pake baju olahraga lengkap dengan sepatunya, kata Mas sih disuruh lari-lari, masa iya sih?? Kalo pun iya itu mah gampil, tinggal ambil napas panjang, diteraturkan trus lari deh.. gampang kan.. atau terlalu menggampangkan??

Hari Ahadnya (kemarin) gue maen ke dufan dg anak2, nekat banget ya??? Yah, mo gimana lagi ini udah direncanakan jauh dan belum tentu juga mba Rina bisa, jarang-jarang deh, yang penting gue ga akan naik wahana yang bisa bikin fisik gue drop (janjinya sih gitu…). Sebenernya info keberangkatannya sih ga penting tapi gue mau cerita betapa menyenangkannya dan mudahnya ke ancol naek kereta dari sudimara, ber-ac, ga rame, langsung nyampe, ga bingung lagi…

Satu kejadian yang gue ga akan lupa, secara, keretanya brangkat dari serpong, mangkanya Arfan, Berly dan Andrianto naek dari sana, sedangkan gue, Mala dan mba Rina plus naeknya lewat sudimara. Udah siap-siap nih naek, karma udah di sms Arfan kalo kretanya udah jalan dari Serpong dan mreka di gerbong blakang, 12 kalo ga salah. Pas dateng, gue dkk naek di gerbong 4, males ah jalan kebelakang nyusul mereka karna jauh & Mba Rina bawa Alya, jadilah gue sms Arfan & Berly supaya mau jalan ke gerbong 4, ternyata usaha ini harus gue jalani dengan keras karna mreka ga mau jalan ke gerbong 4. alasannya:

1. Mungkin mereka ngerasa ga penting banget untuk kita gabung satu gerbong karna jauh, maka, bujukan pertama gue adalah supaya kita bisa bareng, kompak dan lagian mreka bisa ketemu Alya .. dan Bang Didit tentu aja.. ha ha ha piss.. tapi mereka ga mau, katanya jauh…

2. Gue bilang lagi jauh gapapa, kan sampe ancol juga jauh, gue bujuk lagi, kita kan bisa poto bareng before-di kereta, ga berhasil juga, katanya pintu antar gerbong ga dibuka

3. Gue jawab lagi kalo pintunya bisa dibuka, lha wong pengemis aja bisa lewat kok, kalo mau lebih pasti mereka ikut ama Bapak pemeriksa tiket, mereka ngotot ga mau juga, karena…

4. Satu jawaban yang membuat gue menghentikan usaha bujukan ini “Tetep ga bisa lewat, gerbongnya kan ga bersambung..” speechless lah gue meyakinkan tiga orang lelaki dewasa ini. Manalah mungkin kereta bergerbong-gerbong ga saling bersambung.


Gue diemin aja... aneh.
Tapi ga diduga, ternyata mereka penasaran benarkah gerbong nya bersambung dengan menyusuri kereta dan berhasillah mereka…

Gue teringat janji untuk ga macem-macem, apalagi gue emang ga tahan ikut wahana yang menantang, seumur2 ga akan gue naik wahana itu, kalo kaget gimana? Pusing? Jatuh? Ga bisa tidur? dll.. tapi ternyata, mreka memaksa gue, apalah daya, antrian pertama gue adalah Kora2, yang kemudian turun dengan berurai air mata pucat dan gemetar.. semua ikrar dalam hati tiba-tiba hilang, anak2 ngajakin gue bertualang ke wahana lain, dengan niatan malu, takut tapi penasaran juga.. fuuiihhh…

Pulangnya anak-anak mengeluh pusing, sedangkan gue masih terbawa geli naik tornado, kok bisa ya??… Kata Mala gue mulai mengalami gangguan jiwa khi hi hi.., padahal sapa juga yang ngajak??

Besoknya…

***

Pagi-pagi banget gue harus sampe di Kantor Bea Cukai Rawamangun, alhamdulillah gue bias brangkat jam 5, Ya Allah, sekarang hari Senin, gue baru sampe Blok M jam 6.20, Bisa P300 yang ke rawamangun ga lewat-lewat, gue inget katanya naik yang ke Pulo Gadung juga bisa, akhirnya naiklah gue ke Bis Pulo Gadung, inilah awal dari semuanya…

Ni bis jalan pelan banget apalagi lumayan macet. Gue baru sadar kalo tujuan mereka lebih jauh dari Rawamangun pasti emang mau ngangkut banyak penumpang, jadi jalannya pelan, sempet kepikiran kenapa gue ga nunggu P300 aja ya…

Gue udah bilang Kondekturnya untuk turun Bea Cukai, tapi kok ga ada tanda-tandanya, nanya sebelah gue juga dia turun duluan, setelah gue sadar udah sampe Halte Bea Cukai, gue yang duduk di tengah udah teriak-teriak supaya bis berhenti, tapi supir ga denger suara gue, bis penuh lagi,susah lewat, kebablasan lah ampe lumayan juga, astaghfirulLah udah jam 7.30.
Titik & Nani udah sms in gue ada dimana, karna ga dateng-dateng.. hik hik hikss… gue harus jalan lagi untuk mundur ke Bea Cukai karna kelewatan jauh banget, nyeberang naek angkot lagi juga ga memungkinkan karna nyebrangnya jauh banget dan ga nglewatin, entahlah intinya emang harus lari gue.. nyesel juga gue ikutan kata Titik untuk pake baju kerja dulu, mana sepatu gue udah kayak mau upacara bendera, lari terussss… ngos-ngosan, diliatin orang lagi… akhirnya sampe juga ke kantor Bea Cukai.
Gue nanya Pak Satpam, katanya ujiannya ga disini, tapi distadion belakang kantor Bea Cukai, Ya Alloh, ujian apa lagi ini… lari lagi gue kira2 100 meter, karna ketemu ojek, dan langsung aja gue nangkring. Emang sih udah mulai, tapi biar ga keliatan telat gue langsung ke meja registrasi trus izin ke toilet, ganti baju.. ffuiiihh…

Ternyata kaget gue, karena ujian terberatnya adalah lari keliling stadion sepakbola rawamangun, tapi langsung tenang.. peserta sebelah gue bingung kenapa gue cengar-cengir sendiri waktu denger instruksi itu... AlhamduliLlah gue udah sempet pemanasan.. he he he..

Saturday, January 10, 2009

7 Januari 2009

Rabu, 7 Januari kemarin hari pertama gue masuk DJP, agendanya baru orientasi dg pejabat2 depkeu, rame dah pokoknya.. but, that's not the point, pointnya adalah.. he he he, Ena mah pasti tau.
Pagi itu gue ga bangun pagi, padahal udah tau orientasi di lapangan banteng jam 7 pagi, gue bangun jam setengah enam... amit-amit.. gara2 malemnya kelamaan ngrumpi. Berangkatlah gue jam 6 dengan tergopoh-gopoh ngejar mayasari 44 ciledug-senen, ga tenang duduk gue, di kreo ngetem, di petukangan ngetem, di ulujami macet.. jalannya lama kali.. akhirnya jam 7 kurang 5 menit baru ampe kebayoran hik hik hik..

Tanpa pikir panjang, turunlah gue dan ngojek dari kebayoran,
"Lapangan Banteng, Bang, brapa duit?"
"Dua puluh ribu.." (hah murah banget..)"
"Lima belas ribu deh.."
"Dua Puluh Neng.."
"Ok deh.."
baru bentar jalan, tiba-tiba si Abang ngerem mendadak.
"Lapangan Banteng ya Neng.. B***** deh Neng, jauh banget, ga mampu saya"
"Yee.. dari tadi mikir apaan, gua udah bilang lapangan banteng, emang lu kira ke mana Bang?"
"mayestik"
"cape deh... boong bgt"
"ya udah 25"
"tiga puluh ya Neng"
"ya udah cepet deh.., yang penting elu tau jalannya"
"tenang Neng, itu mah tempat maen saya, gampang dahh"

Huhh.. dasar, mana Titik nelp lagi, nanyain ada dimana, karna udah jam 7, tambah panik gue.
Pikiran gue melayang-layang, gimana kalo gue telat, gimana kalo gue diomelin panitia, gimana kalo datengnya duluan mentri dari pada gue, gimana kalo ga boleh masuk, gimana kalo gue ga jadi diangkat cpns, kan gue udah resign, malu balik lagi kali.. hik hik hiks...

Ditambah lagi motor si abang jangkrik bgt, ga ada besi pegangan blakang, ngebut dan nyelip-nyelip lagi, "Bang, kalo ada atm bca atau mandiri berhenti ya..."
"Haa.. ga punya duit Neng, duh sial gue"
"Heh, ga usah protes, masih bagus gue naek ojek elu"
Akhirnya tu Abang jadi sering nengok-nengok ke kiri, nyari ATM
"Bang, elu kagak usah nyari deh, biar gue yg liat ATMnya, elu lurus ke depan aja.."
"He he he, tenang aja Neng."
"elu tenang, gue melayang"
Sampe di BI agak gerimis-gerimis, mana banyak genangan lagi, si Abang sempet nawarin jaket nya biar baju gue ga basah, eh si abang ternyata pake kaos puntung, ga mau lah gue, nanti tarifnya lebih mahal gara-gara si Abang masuk angin.
sampe di Istiqlal si Abang malah muter-muter, trus gue di brentiin di Gambir.
"ini Gambir Neng.."
"Sapa suruh turun gambir!, gue bilang kan lapangan banteng, katanya ini tempat elu maen, tipu lu, sanah belok kanan lagi."

Jam 7.35 sampe lah gue di gedung danapala, berlari-lari..Aalhamdulillah, acara belum mulai, mentri juga blum dateng,
tapi seragam putih hitam gue jadi putih totol-totol. malu.